
Film lokal tayang di bioskop mulai 23 Februari 2023 yang menampilkan bintang film ternama Tanah Air seperti Beto Kusyairy, Diana Danielle, Afdlin Shauki, Fatimah Abu Bakar dan masih banyak lagi.
Film ini diproduksi oleh Lunatics Film, disutradarai oleh Nik Amir Mustapha dan ditulis bersama oleh Redza Minhat. Film ini mulai syuting pada awal tahun 2020 namun karena pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, syuting ditunda hingga akhir tahun 2020.
Bercerita tentang kisah hidup seorang pria yang dikenal dengan nama Saturnus. Zuhal awalnya terlihat menjalani kehidupannya seperti biasa namun mulai berubah setelah ditegur oleh seorang wanita tua di sebuah rumah sakit setelah mendapat perawatan di sana bersama ayahnya.
Dalam kabut yang dialaminya, bayangan seorang wanita bernama Nur muncul di mata Saturnus dan hal ini sangat mengganggu Saturnus. Ia terus berusaha mencari siapa wanita ini sebenarnya.
Film ini terlihat berani dalam cara dan metode pengolahannya. Meski konsep yang digunakan cukup khas yaitu kisah cinta. Namun penjabaran kisah cinta yang ditampilkan dalam film ini dimulai lebih awal dan berakhir begitu menakjubkan.
Pada awalnya, narasi tampaknya dimulai di satu jalan saja, tetapi setelah beberapa saat muncul beberapa jalan lain yang mungkin terlihat agak membingungkan tetapi tetap mengarah pada akhir yang indah.
Yang berhasil membuat saya tertarik sepanjang film ini adalah penggunaan beberapa istilah dan kondisi kesehatan mental seperti serangan panik, Penyakit Alzheimer, hipnosis, dan sebagainya. Selamat kepada tim produksi yang telah mencoba dan berhasil menggali penyakit yang tergolong langka untuk diangkat dalam film lokal secara serius, yaitu Alzheimer.
Mungkin ada film atau telefilm lain yang pernah menggunakan penyakit ini namun tidak sebagus Imaginur dalam hal pengolahan dan juga penggunaan konsepnya.
Selain alur cerita yang menarik, film ini semakin disempurnakan dengan tata suara dan cahaya yang cukup memukau. Syuting film ini sempat dikabarkan di Jepang karena lokasinya, namun karena pembatasan perbatasan yang diberlakukan akibat COVID-19 beberapa tahun lalu, film ini terus syuting di Indonesia saja.
Meski begitu, hasilnya tetap menakjubkan dan bisa menghentikan gerakan tangan Anda memasukkan biji jagung ke dalam mulut.
Memang film ini merupakan film yang begitu berbeda dengan kebanyakan film lokal yang ada. Bukan hanya berani mendobrak cita rasa, tapi juga mampu memberikan perubahan paradigma pada produk perfilman tanah air.
Seperti yang saya katakan beberapa waktu yang lalu tentang hasil film-film negara – “Kami tidak membutuhkan CGI yang berat untuk membuat film kami terlihat seperti film yang bagus”.
5/5